Dies Natalis, ISI Denpasar Anugerahkan Penghargaan Internasional untuk Tokoh Berdedikasi

Kamis, 01 Agustus 2024 : 17:33
Dok. ISI Denpasar

Penyelenggaraan Dies Natalis XXI Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar tahun 2024 yang berlangsung Selasa, 30 Juli 2024, terbilang istimewa. Bukan hanya melaksanakan Wisuda Sarjana, Sarjana Terapan, Magister, dan Doktor XXXII, melainkan ditandai pula pembukaan Festival Internasional Bali Padma Bhuwana IV yang bertajuk “Manawa-Murti-Manu” (Bangkit Manusia Mulia) dan penyerahan penghargaan prestisius kepada sejumlah tokoh nasional dan internasional berdedikasi.

Bertempat di Gedung Citta Kelangen Lt. 3 ISI Denpasar, pada kesempatan penuh makna tersebut, budayawan Goenawan Mohamad, yang juga salah satu penerima penghargaan, menyampaikan Orasi Ilmiah berjudul “Tentang Airlangga”. Dalam paparannya, Goenawan mengungkapkan bahwa tema ini menarik diperbincangkan khususnya di masa ini, ketika orang berbisik ataupun berteriak tentang hilangnya rasa malu di antara elite, ketika nyaris tak ada lagi sikap yang mulia dalam kehidupan sosial politik.

“Kisah Airlangga mungkin bukan tentang bangkitnya manusia mulia, meskipun di sepanjang riwayatnya kita bisa memetik saat-saat yang memperlihatkan “kemuliaan”. Dalam cerita saya ini, ia hanya menunjukkan kemuliaan justru karena, pada suatu saat, ia memilih untuk tidak lagi berkuasa dan tinggal di istana, “ ungkap Goenawan, esais yang juga pendiri Majalah Tempo ini. 
 
Dok. Katarupa.id

Selain Goenawan, diantara para penerima penghargaan tersebut mengemuka pula nama-nama besar, seperti tokoh pendidikan tinggi Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D, maestro tari Theodora Retno Maruti dan Ni Nyoman Tjandri, perupa senior Drs. I Made Sudibia, hingga Mirosław Wawrowski asal Polandia dan Dr. Koh Young Hun dari Korea Selatan. Para tokoh terhormat ini  dianugerahi penghargaan internasional Bali-Bhuwana Nata Kerthi Nugraha 2024, atas peran dan kontribusinya yang besar di bidang seni, budaya, dan akademik.

Di samping itu, secara khusus diserahkan pula penghargaan utama Bali-Bhuwana Mahottama Nugraha 2024 kepada Gubernur Bali 2018-2023 Dr. Ir. Wayan Koster, M.M., atas kontribusi luar biasa dalam pengembangan seni dan budaya di Bali. 
 
Dok. Istimewa

Hadir pada acara Dies Natalis ISI Denpasar sejumlah tokoh, antara lain pasaksi staf khusus Menteri Dikbudristek Pramoda Dei Sudarmo; Konsul Kehormatan Polandia untuk Indonesia Nari Asmiati; Konsul Kehormatan Indonesia untuk Polandia Mirosaw Wawrowski; Anggota Parlemen Polandia, Ketua Komisi Kerja sama Polandia-Indonesia Krzysztof Gadowski. Juga penyair Hartanto dan Warih Wisatsana; pengamat seni budaya Putu Suasta, MA.; dosen luar negeri Prof. Paul Trinidad (University of Western Australia) dan Dr. Teija Gumilar (Politechnika Bydgoska, Polandia); serta Rektor ISBI Bandung Dr. Retno Dwimarwati.
Dok. Istimewa


Festival Internasional Bali Padma Bhuwana IV

Seturut visi ISI Denpasar yang berkarakter, unggul, dan bereputasi global, pada setiap perayaan Dies Natalis ditandai pula Festival Internasional Bali Padma Bhuwana. Tahun 2024 ini menapak penyelenggaraan keempat kali, secara khusus mengusung tema “Manawa-Murti-Manu” (Bangkit Manusia Mulia). Festival ini dirayakan sebagai ruang diseminasi keberagaman karya serta praktik penciptaan seni dan budaya, melibatkan para maestro, seniman, akademisi, pekerja kreatif, dan mahasiswa bertalenta global.

“Festival ini sepenuhnya didedikasikan sebagai ruang diseminasi keberagaman karya-praktik cipta serta mimbar akademik seni-desain-budaya melibatkan maestro, seniman, desainer, akademisi, pekerja kreatif, dan mahasiswa bertalenta lintas Universitas atau Institut di dunia. ISI Denpasar berikrar sebagai garda depan dalam pemajuan kebudayaan Indonesia di pusaran global atau Padma Hredaya Bhuwana, “ ungkap Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Adnyana.

Lebih lanjut diungkapkan, Festival Internasional Bali Padma Bhuwana IV termanifestasikan dalam dua belas wahana inovasi, yaitu: Bali-Bhuwana Widya (International Graduate Student Research Day); Bali-Bhuwana Rupa (International Art Exhibition); Bali-Bhuwana Lango (Global Performing Arts Festival); Bali-Bhuwana Kanti (Global Arts Projects Networks); Bali-Bhuwana Waskita (Global Arts Creativity Conference); Bali-Bhuwana Krama (Global Artist Talk); Bali-Bhuwana Yatra (Bali Art Trip); Bali-Bhuwana Diatmika (Global Maestro Moment); Bali-Bhuwana Karma (Global Initiative Scape); Bali-Bhuwana Bhakti (Global Collaboration Movement); Bali-Mahottama Nugraha (Penghargaan Utama); dan Bali-Bhuwana Nata Kerthi Nugraha (Penghargaan Internasional).

Prof. Dr. I Wayan Adnyana juga mengungkapkan bahwa kampus seni kebanggaan masyarakat Bali ini, kembali meneguhkan raihan kemenangan Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam lima kategori,  yaitu: Posisi Tertinggi (Top 10 %) Liga PTN-Satker Seni; IKU 1 kategori lulusan bekerja, berwirausaha, dan melanjutkan studi; IKU 3 kategori Dosen berkegiatan di luar kampus; IKU 5 kategori hasil kerja dosen digunakan oleh masyarakat atau mendapat rekognisi internasional; dan IKU 6 kategori program studi bekerja sama dengan mitra kelas dunia.
 
Dok. Tangkapan layar Live Streaming ISI Denpasar

“(Ini) patut disyukuri, di tengah proses perjuangan menuju nomenklatur baru menjadi ISI Bali, prestasi mampu kita catatkan. Nama ISI Bali kian menggema pada ruang Nasional dan Global. ISI Denpasar tiga tahun terakhir ini telah menjalin kerja sama konkrit dengan ratusan mitra, menyelenggarakan Global-Bali Arts Short Course (G-BASC), Bali-International Program for Arts and Desain Studies (B-IPADS), dan Global-Bali Arts Residency (G-BAR), “ papar Guru Besar Sejarah Seni ini.

Seturut Bali Padma Bhuwana IV, digelar pula sebuah pameran internasional dalam bingkai program Bali Bhuwana Kanti (International Photo Exhibition) yang menampilkan 86 karya fotografi dari 16 negara. Pameran internasional bertajuk Nara Bhuwana Charma (Human Expression Around the World)  ini dihadiri J.R Schnelzer (President of Photographic Society of America (PSA) Worldwide) dan Agatha Anne Bunanta (The International Relationships Vice President of PSA Worldwide).

Manah-Wak-Manu

Adapun pada akhir acara Dies Natalis dipersembahkan Pergelaran Bali-Bhuwana Bhakti (Global Collaboration Movement), Wajrasangita bertajuk: Manah-Wak-Manu (Voices of Noble Sincerity), melibatkan maestro Retno Maruti dan Ni Nyoman Tjandri, dosen ISI Denpasar Prof. Desak Suarti Laksmi, Dr. Gusti Sudarta, Dr. Ketut Garwa, Ketut Sumerjana, M.Sn, Ni Komang Sekar Marhaeni, M.Si, Suminto, M.Si, Sang Nyoman Gede Adi Santika, M.Sn, Putu Tiodore Adibawa, M.Sn., Dwi Andika Putra, M.Sn., Lukita Wiweka, M.Sn., dan Guntur Prasetyo, M.Sn, Nik Suasti, S.Sn, serta mahasiswa Program Studi Seni Karawitan, Musik, dan Pedalangan ISI Denpasar.
Dok. Tangkapan layar Live Streaming ISI Denpasar

Wajrasangita dicipta berdasar konsepsi garbahita musik-vokal: dialog artistika bunyi instrumen-tembang paraga. Diri panembang dan pemusik termuliakan ke dalam kualitas artistika sajian. Wajrasangita merupakan arsitektural pergelaran baru, memosisikan panembang dan pemusik pada capaian kualitas tertinggi. Terkhusus pada pergelaran meraya Pembukaan Bali Padma Bhuwana IV, meluhurkan kebangkitan manusia mulia melalui nuwur suksmaning rahayu terhadap Jayeng Negari, Proklamator Bung Karno-Hatta, Pendidik Bangsa Ki Hajar Dewantara, Pamerdeka Bali Pulina Gusti Ngurah Rai, Pangawi Mahagita W.R. Soepratman, dan Maha Guru Pangawi Chairil Anwar.
 
Dok. Istimewa

Goenawan Mohamad, di sisi lain meramu pandangan Nietzsche tentang Übermensch atau Manusia Unggul dalam konteks riwayat Raja Airlangga. Mengutip Goenawan, Airlangga tentu saja bukan termasuk kaum chandala, tetapi juga bukan personifikasi Übermensch. “Dalam cerita saya ini, ia hanya menunjukkan kemuliaan justru karena, pada suatu saat, ia memilih untuk tidak lagi berkuasa dan tinggal di istana,” ungkapnya.

Goenawan menegaskan, Airlangga adalah cerita pembebasan diri. Ia turun dari punggung Garuda, berdiam di Bumi. Dari sini sejarah Kahuripan menampakkan momen kekuasaan yang tragis tapi mulia: dengan Airlangga sebagai pertapa, kekuasaan bukan takdir, bukan suatu  karunia, melainkan sesuatu yang contingent, serba-mungkin. Bahkan bisa jadi sesuatu yang repulsif. Kekuasaan, seperti dulu dijalankan Airlangga dan kemudian oleh Ken Angrok dan raja-raja keturunannya sebagaimana yang dikisahkan dalam Pararaton, adalah  narasi  tentang hasrat  dan pembinasaan. “Airlangga tahu ia akhirnya harus menjauh dari itu,” ujarnya.

Goenawan menutup, “Akhirnya, Kilisucilah yang  melanjutkan rekam jejak Airlangga–bukan kejayaannya, melainkan kemuliaannya. Seperti ditulis dalam prasasti, ia “memberikan keharuman” kepada  ayahnya, tokoh utama cerita ini. Dan barangkali juga sebuah inspirasi bagi kehidupan politik yang semata-mata pamrih di zaman kita sekarang”. (Katarupa/IDA/WW)









Berbagi Artikel