Djaja Tjandra Kirana di depan karya lukisannya/Dok: ist. |
Pameran ini merupakan momentum reflektif bertepatan dengan ulang tahun ke-79 Tjandra Kirana dan menandai perjalanan 60 tahun berkarya.
Rektor ISI Denpasar Pof. Dr. Wayan Kun Adnyana rencananya membuka acara ini pada Rabu 28 Juni 2023 pukul 18.00 Wita. Pecinta seni Ganjar Pranowo dan Rieke Diah Pitaloka serta budayawan Dr. Jean Couteau memberikan kata sambutan dalam katalog.
Pameran yang dikuratori oleh Dr. Wayan Sujana Suklu ini menyajikan sekitar 60 karya lukisan maupun fotografi yang dipilih dari periode kekaryaan sejak awal.
Salah satu karya Djaja Tjandra Kirana yang akan dipamerkan di Maya Sanur / Dok. ist |
"Pada usia ke-79 tahun Om Tjandra masih menunjukkan stamina tanpa tanding baik dalam gagasan maupun kreativitas dan masih suka berkelakar, bernostalgia cerita masa lampau,” kata Suklu.
Memang, meskipun tidak lagi muda, Tjandra tetap bersemangat berkarya dalam dua bidang seni yang dia geluti sejak remaja: melukis dan memotret.
Dua aktivitas kreatif itu masih ia akukan hingga kini baik berkarya secara pribadi maupun memberikan workshop bagi kalangan seniman muda maupun masyarakat umum.
Lukisan Djaja Tjandra Kirana /Dok. ist. |
Seni lukis dan fotografi telah membawanya ke berbagai negara baik untuk berburu objek, pameran, atau menjadi juri berbagai kompetisi seni tingkat nasional hingga internasional. Selain mengeksplorasi alam dan benda ke dalam karya, Tjandra juga mengangkat tema seni budaya dan human interest yang sangat kuat.
Selama 60 tahun berkarya, Tjandra melewati tiga zaman yakni Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi Baru. Kiprahnya di dunia fotografi juga mengalami transformasi peranti manual, digital, hingga perkembangan teknologi informasi yang sangat membantunya dalam berkarya. Bahkan, Tjandra sempat ikut membidani lahirnya Semarang Photo Club (1976) dan Perhimpunan Fotografer Bali (1984), kedua organisasi tersebut masih eksis hingga kini.
Seniman Wayan Redika, salah satu sahabat Tjandra, mengatakan pameran Direct Message dimaksudkan untuk memberikan pesan langsung kepada kalangan seni atas kiprah kreatif dan pencapaian seorang seniman dalam rentang waktu 60 tahun berkarya.
Kata dia sungguh menarik, para seniman muda mendapat pesan langsung tentang hal-hal yang belum pernah mereka diketahui dari Tjandra, semisal masalah seni rupa dan politik.
Sebagaimana kita pahami era 1960-an dinamika seni rupa dan penciptaan amat lekat dari beban politik, kecurigaan dan salah sangka bisa saja terjadi dan dapat berujung kesengsaraan.
“Peristiwa semacam itu berhasil dilewati dengan baik oleh Tjandra Kirana. Ini tentu bisa dimaknai sebagai keteladanan mental yang semangatnya bisa kita rujuk dalam kehidupan berkesenian hari ini,” kata Redika.
Salah satu fotografi Djaja Tjandra Kirana bertema human interest /Dok. ist. |
Di kalangan komunitas seni maupun sebagai warga, pergaulan Tjandra terbilang sangat luas dan tak memandang latar suku, agama, ras, maupun golongan. Ia berteman dengan siapa saja dan selalu ingin memperkenalkan bidang seni yang ditekuninya seraya mengisahkan perjalanannya ke pelosok daerah dan rasa cintanya terhadap Indonesia.
Tjandra juga menaruh perhatian besar terhadap akulturasi budaya lokal dengan budaya leluhurnya, Tiongkok. Tema tersebut banyak dijumpai dalam karyanya –yang dapat disaksikan di pameran ini– misalnya peranti rumah tangga, arsitektur, tekstil, maupun seni budaya yang merupakan perpaduan dari peradaban Tiongkok, Bali, dan Jawa.
Belakangan, Tjandra intens memperkenalkan rice paper atau kertas padi yang berasal dari China sebagai salah satu alternatif media untuk melukis. Ia menyebut media ini sangat fleksibel dan gampang dibawa ke mana saja, sehingga menjadi pilihan saat seniman memerlukan kepraktisan, terutama jika berkarya di luar ruang.
Pada 2018 bersama beberapa rekan, Tjandra mendirikan Klub Seni Bali yang didukung oleh Komunitas Kertas Padi sebagai wadah kegiatan seni dan budaya, termasuk upaya untuk memperkenalkan dan mengembangkan media rice paper kepada khalayak melalui berbagai workshop.
Selain dipamerkan di Maya Sanur Resort and Spa, dalam kurun waktu yang sama, karya Tjandra Kirana juga dapat disaksikan di Toncity Gallery, Jl. Imam Bonjol 486 Denpasar. (RLS/ID)